Rasanya aku tidak mau melewati jembatan citarum ketika pada malam hari lagi, karena ada sebuah kejadian yang menyeramkan dialami olehku. Namaku Fauzi, aku adalah seorang surveyor dari sebuah perusahaan kredit bermotor surveyor adalah orang yang bertugas melakukan survey ke rumah klien untuk cek validasi apakah klien tersebut layak atau tidaknya mengambil kendaraan dari perusahaanku.
Sudah hampir 6 bulan aku bekerja, kerjaan seperti surveyor inilah yang membuatku jarang pulang ke rumahku yang letaknya jauh dari kantor tempat aku bekerja. Hingga kemudian aku memutuskan aku menyewa sebuah kost. Dihari pertama aku menempati kost baru ini, saat baru selesai packing barang tiba-tiba aku mendapatkan pesan untuk melakukan survey ke rumah klien baru. Padahal aku lelah karena baru saja pindah dan baru kali ini juga aku mendapat survey di malam hari.
Aku pun mengurungkan niat untuk beristirahat dan menyalakan motorku lalu berangkat menuju tempat orang yang akan aku survey. Setelah agak lama mencari-cari alamat rumah klienku ini, akhirnya aku berhasil menemukan alamat rumah klienku ini. Kunjungan survey ini memang tidak terlalu lama, namun tidak terasa waktu sudah melewati tengah malam.
Karena data yang aku perlukan juga sudah terkumpul, akhirnya aku pamit dan pulang. Saat itu aku melihat jam sudah menunjukan 1.30 malam ditambah kondisi jalanan yang sudah sepi. Sehingga dalam perjalanan pulang pikiranku hanya fokus dengan bagaimana aku cepat sampai di kost lalu tidur nyenyak. Saat melewati jembatan citarum, tiba-tiba lamunanku terhenti karena aku merasakan ada seorang yang mengetuk helm.
Seperti diketuk oleh telunjuk seseorang. Aku pikir ada pengendara motor lain yang marah karena aku mengendarai motorku di tengah jalan dengan kecepatan yang sangat rendah. Akhirnya aku menepi ketepian jalan. Aku melihat kanan dan kiri, namun hanya jalanan kosong yang gelap tanpa ada orang satu pun. Aku menjadi ketakutan, kondisi jalan yang sangat sepi ditambah aku jadi teringat cerita seram yang aku dengar mengenai jembatan citarum yang membuatku merinding.
Namun aku coba berusaha bersikap acuh dan melanjutkan perjalanan. Tidak berapa lama kemudian, sekitar beberapa meter. Aku kembali merasakan helmku diketuk lagi, aku kembali mulai ketakutan. Kali ini aku mempercepat laju motorku, tiba-tiba ketukan itu terdengar lagi.
“tok.. tok.. tok”
Aku langsung melihat ke kiri dan ke kanan namun tidak ada apa-apa. Aku mulai merasakan, merasa ada yang tidak beres. Suara ketukan itu, sekarang terdengar sekali lagi dan sangat jelas, semakin keras. Bulu kuduk berdiri seketika, perasaanku mulai tidak tenang. Aku merasakan ada sesuatu yang berada di atasku. Untuk memastikan aku pun melihat ke atas. Ternyata diatasku kini. Aku melihat ada sesosok kuntilanak berpakaian putih yang sedang melayang tepat diatasku, sepertinya kuntilanak itu telah mengikutiku dari ketukan helm yang pertama.
Mukanya sangat pucat, rambutnya berantakan tersimbak angin. Kain putihnya melayang layang tepat berada diatasku. Dia sangat marah, matanya melotot membelalak kepadaku seolah berkata kalau dia akan mengikuti kemanapun aku pergi. Aku merasakan jantungku berhenti berdetak beberapa saat, aku kembali melihat kedepan sambil mempercepat laju motorku.
Aku tidak berani lagi melihat ke atas, aku terus hanya melihat kedepan sambil berdoa dalam hati. Jalanan yang mulai menanjak dan berkelok-kelok, aku tidak berani melihat ke belakang karena takut jika kuntilanak itu duduk dibelakangku. Ketika pikiranku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi, tiba-tiba saja aku merasakan ada dua buah tangan yang merangkulku dari belakang dan aku juga merasakan ada sehelai rambut yang terkibas angin menyentuh leher belakangku.
Aku juga bisa merasakan hembusan nafas yang sangat dingin seperti angin yang merenggus di bawah telingaku. Suara yang sangat menakutkan terus mengganggu telingaku, lama sekali rasanya aku mengendarai motorku sambil ketakutan. Sepertinya sosok kuntilanak itu berada di belakangku. Aku terus berkonsentrasi pada jalan sambil memfokuskan agar pikiranku tidak kosong sampai akhirnya aku melihat ada sebuah warung di pinggir jalan.
Aku melihat juga beberapa orang yang sedang berada disana, aku sontak langsung berhenti didepan mereka dan langsung berlari menghampiri mereka. Mereka pun heboh sambil bangun dari tempat duduk mereka dan menatap ke arah jalanan. Yang mereka lihat hanyalah jalan yang sangat sepi dan di motorku pun mereka tidak melihat siapa-siapa.
Aku menghela nafas sejenak, aku berusaha tenang sampai akhirnya aku menceritakan kejadian yang aku alami. Mereka pun hanya menganggap itu hanya biasa-biasa saja. Dengan rasa penasaran yang masih ada dan juga kesal, aku melanjutkan perjalanan pulang setelah melewati jembatan citarum tersebut dan bernafas lega karena di perjalanan itu aku sudah tidak merasakan lagi suara ketukan di helm.