Namaku Farhan, aku mempunyai dua orang kakak perempuan yang satu sudah menikah dan punya anak dan satu lagi baru akan menikah. Menjelang pernikahan kakak perempuan yang kedua, kami sekeluarga menyewa kamar di sebuah tempat penginapan. Alasannya karena aula tempat penginapan itu akan dipakai resepsi pernikahan kakak pada esok harinya. Jadi supaya tidak repot, orangtuaku sekalian menyewa kamar disana.
Ditempat penginapan itu ayah dan ibu sibuk membantu kakak dengan persiapan untuk pernikahannya jadi aku ditinggal sendirian karena tidak ada kerjaan akkhirnya aku hanya tiduran sambil menonton tv dikamar. Sore harinya kakak perempuan pertama datang bersama suami dan anak laki-lakinya, namanya rian. Setelah menaruh barang-barang kakak, dia langsung menyusul orangtuaku untuk membantu keperluan kakak kedua.
Kakak ipar dan rian tinggal bersama dikamarku, mungkin karena bosan rian merengek kepada kakak iparku untuk berenang di kolam renang. Tapi kakak ipar langsung menolaknya, tempat penginapan ini memang mempunyai kolam renang dan kebetulan jendela kamar ini menghadap ke kolam renang. Karena tidak ada kerjaan, aku pun menawarkan diri untuk menemani rian berenang. Akhirnya kakak ipar mengalah dan memutuskan untuk ikut ke kolam renang juga.
Setelah berganti pakaian, kami bertiga turun ke lantai dasar dan berjalan menuju kolam renang. Pada awalnya rian asik bermain di kolam renang itu, namun tiba-tiba aku melihat rian menatap ke langit sambil bengong. Aku pun ikut ke arah pandangan rian, ternyata rian bukan menatap ke langit. Dia menatap ke sebuah kamar yang ada dilantai atas penginapan itu.
Itu kan, kamar kita tadi lalu aku bertanya kepada rian apa yang sedang dia lihat. Rian melihat ke arahku dengan pandangan bingung, dia menggelengkan kepalanya dan lanjut bermain air. Tak terasa matahari pun turun, kami bertiga pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Tapi ada yang aneh dengan rian, dia kelihatan enggan untuk melangkah ternyata rian tidak mau kembali ke kamar. Rian terlihat diam, dan dia berkata tadi dia melihat sebuah bola melayang-layang dikamar. Aku mencoba menenangkan tapi dia malah menangis.
Akhirnya kakak ipar membawa rian berjalan-jalan sebentar. Sementara itu aku disuruh ke atas untuk memeriksa kamar. Sampailah aku dikamar, aku masuk dan menyalakan lampu. Setelah menyalakan lampu aku pergi kekamar mandi untuk berbilas. Baru saja aku akan masuk kekamar mandi tiba-tiba aku mendengar seperti ada suara gaduh, suara gaduhnya seperti benturan benda jatuh.
Suara gaduh itu semakin keras terdengar, karena penasaran aku langsung keluar dari kamar mandi dan langsung melihat sekitar. Aku melihat ke arah tempat tidur, tidak ada apa-apa tapi ada sesuatu yang menyembul lebih di gorden jendela. Dari bentuknya seperti sebuah tubuh yang tersembunyi di balik gorden jendela itu, perlahan aku berjalan ke arah tempat tidur mengambil bantal dan langsung melempar ke arah gorden itu dan astaga sosok itu tiba-tiba saja menghilang.
Mulai merasa tidak beres, aku langsung keluar dari kamar dan ketika berbalik. Ada sosok besar, dan tinggi disudut kamar. Sosok itu berwarna hitam dan berbulu, tingginya hampir mencapai atap kamar ini. Aku melihat ke atas dan sosok itu tidak mempunyai kepala, sosok itu berupa tubuh dengan leher yang terpotong. Karena panik aku langsung naik ke tempat tidur menyelimuti diriku dengan selimut sambil memeluk bantal, menutup mata dan berdoa.
Tiba-tiba, terdengar suara nafas yang menakutkan dan terasa sebuah hawa panas disekitar badanku. Suara itu semakin kencang dan kuat, tiba-tiba aku merasakan ada yang menggeliat di tanganku saat aku sadar dan begitu aku lihat. Ternyata yang aku pegang itu bukanlah bantal tapi kepala, kepala yang berukuran besar. Wajahnya sangat menakutkan, giginya bertaring dan matanya merah.
Lidahnya menjulur keluar dan panjang, aku terperanjat sambil tergesa-gesa keluar dan aku terjatuh. Ketika terjatuh entah kenapa seperti ada yang menindih tubuhku. Aku merasa seperti ada kaki yang besar menginjak punggungku, aku tidak bisa bernafas bahkan untuk mengeluarkan suara pun aku tidak bisa. Perlahan-lahan terdengar suara gaduh seperti benturan benda yang sangat keras namun tidak beraturan dan sekilas terlihat kepala yang sedang melayang-layang membentur tembok sambil terus mengeluarkan suara yang menyeramkan.
Dan kepala itu melayang semakin rendah lalu dengan sekuat tenaga aku memaksakan diri untuk berdiri. Aku langsung keluar kamar dan begitu keluar aku langsung berpapasan dengan anggota keluargaku, aku langsung memeluk dan mulai merasa tenang. Singkat cerita esok malamnya setelah kami pulang dari resepsi pernikahan, aku menanyakan kepada rian mengenai bola yang dilihatnya. Aku yakin itu bukanlah bola tapi kepala yang aku lihat semalam.
Ketika aku cerita hampir tidak ada yang percaya, ayahku malah bilang itu cuma khayalan biasa. Kecewa karena tanggapan itu, aku pun keluar untuk menenangkan diri. Aku yakin apa yang aku lihat semalam bukanlah khayalanku semata. Tiba-tiba saja rian datang dan duduk disebelahku, sambil menunjuk ke arah pohon jambu dihalaman rumahku dan rian berkata “Tuh, ada yang ikut sama kakak”.